Nyanyian Rindu Senja Hari


Langit mulai gelap membiru, matahari mulai turun ke ufuk, satu persatu gemerlap bintang bermunculan kecil memancarkan kemilau ditemani bulan berwarna pucat. Seperti sebuah janji alam yang abadi, bulan berteman dengan bintang melintasi waktu menyaksikan rinduku. Rasa kerinduan yang kosong seperti hembusan angin senja membuai lembut melintasi kulit tanpa meninggalkan bekas. Seperti rindu yang hampa tanpa tahu harus merindukan siapa. Mengalun rasa rindu disenja hari, terasa gelap dan ringan melintasi waktu yang tak kunjung terobati.

Terlintas sejenak untuk merindukanmu, kenapa? Kau tak perlu lagi aku rindukan karena sudah ada yang pasti lebih merindukanmu. Seseorang yang telah menemani hidup mu yang indah.

Hanya diriku disini, menyenandungkan nyanyian kerinduan di senja hari. Kerinduan yang kosong seperti langit yang kian gelap menanti malam disaksikan oleh bintang dan bulan ditemani hembusan angin semilir melepas matahari ke balik garis horizon langit.

Aku Seharusnya Tak Jatuh Cinta Padamu

cinta yang tak seharusnya


2008
Saat kau sandarkan kepalamu dipundakku, saat semua seakan tak berarti ....


Pernah kah kau menyangka rasa itu bisa datang tiba-tiba? Seakan topan yang bertiup dahsyat kemudian berlalu begitu saja setelah menghancurkan semua yang disapa nya?

Itulah saat yang spesial, saat rasa itu muncul tiba-tiba disaat yang tak tepat, disuasana yang tak sesuai dan diorang yang tak seharusnya.

Kesucian waktu itu sedikit ternoda karena perasaan itu. Salahkah aku? Ataukah ini salah dirimu yang muncul disaat yang tak tepat? Kembali ku pikirkan, ini bukanlah salah kita, dan bukan salah siapa-siapa. Kucoba melupakan kamu, tahukah kau apa yang terjadi? Diriku semakin terpacu untuk memilikimu. Sungguh gila! Ya cinta memang gila, se-gila kamu yang membuat aku tergila-gila kepadamu.

Ahhh... lalu apa gunanya kini? Kau hanya topan yang berlalu setelah perasaanku porak-poranda. Kau hanya gerimis saat kemarau panjang menerpaku. Kau hanya euporia setelah aku berperang dengan perasaanku sendiri. Kau tak ubahnya ekstasi penebar kebahagiaan semu. Apakah ini semua salah mu? Bukan! Apakah ini salah ku sendiri? Tidak!

Kita tak pernah salah, dan semua ini bukan salah siapa-siapa. Yang aku tahu, cinta itu datang disaat yang tak sesuai dan kepada orang yang tidak tepat. Akupun tak menyalahkan mu yang pergi begitu saja. Aku tak menyalahkan perasaanmu yang tak peduli itu. Aku juga tak menyalahkan dirimu yang menggoda aku.

Tak berguna ku ungkapkan lagi, waktu sudah berlalu, hati sudah berganti. Karena aku tau pasti, kau takkan mengerti bahkan walaupun saat ini kau sedang membacanya. Dan aku yakin kau takkan membacanya.


Tapi... hey! Ini bukan untukmu, tapi untuk dia! Dia yang tak akan mengerti, dia yang tak akan membaca ini semua.

Karena Aku Hanyalah Pengagum Rahasiamu

pengagum rahasia


Sulit bagiku untuk tidak cemburu saat kau bersama dengan orang lain, tapi aku menyadari itu bukanlah hak ku

***

Hembusan angin lembut menyapa wajahmu yang manis tak bernoda, mengibarkan helaian rambut indah hitam berkilau. Siapa yang tak jatuh cinta denganmu? Kalau saja bidadari bisa tampak oleh mata, aku yakin mungkin dirimulah orang nya, tak berlebihan aku mengatakan begitu.

Bibirmu yang tipis selalu menampilkan senyum yang sangat sayang dilewatkan bahkan oleh kedipan mata. Ya aku jatuh cinta...

Tapi tunggu dulu! Kau datang dengan seorang lelaki sambil menggenggam tanganmu, siapa dia? Tawamu berderai tak tertahan bila ngobrol dengannya. Rupanya kau sangat menikmati obrolanmu itu. Aku pun mencoba menikmati wajahmu dari sudut café ini, ku anggap kau menu baru. Tiba-tiba dia mengecup pipimu, dan kau pun membalasnya dengan senyuman. Aku tak bisa terima kelakuannya! Aku marah! Aku cemburu!

Sejenak aku sadari, aku bukanlah kekasihmu, kenapa aku harus cemburu? Aku bukanlah teman dekatmu, lalu kenapa aku harus marah saat kau dicium olehnya?

Dia dan aku memang berbeda, dia berani katakan cinta padamu, sedangkan aku hanya berani mengendap-endap mengikuti langkah kaki dan mengagumi wajahmu dari kejauhan. Aku tak berhak untuk marah dan cemburu karena aku hanyalah pengagum rahasiamu sedangkan dia kekasih hatimu.

Kau berlalu pergi meninggalkan tempat ini menyisakan serpihan perasaan yang tak pantas. Aku bahkan tak tahu harus bagaimana. Duh! Biarlah waktu yang membuatku melupakanmu.

Terjebak Kenangan Masa Lalu

terjebak kenangan masa lalu


Suasana sepi memang sering kali memaksa aku untuk berpikir acak. Menghayalkan apa saja, sering juga membuatku terkenang pada kejadian waktu lampau yang kadang tanpa disadari malah menyeretku kedalam arus masa lalu. Seperti kali ini, diiringi hujan lebat mengguyur bumi bagai ditumpahkan dari langit, aku kembali terkenang pada suatu masa dimana aku masih sangat lugu dan menggenggam erat janji tiap palsu. Otakku bekerja keras memutar kembali semua memori yang pernah tersimpan dan tertimbun oleh ingatan-ingatan masa kini. Sampai akhirnya aku menemukannya....

=============================================

Aku masih menanti ditempat ini ditemani awan hitam menggantung diatas langit sore, sudah hampir 20 menit aku menempelkan bokong diatas kayu berkaki empat berwarna putih pudar dan sebagian lagi sudah mulai mengelupas. Orang-orang menyebut tempat ini taman, walaupun tak tampak seperti taman yang sering kali terbayangkan; penuh bunga berwarna-warni, harum tertiup angin semilir dan dipenuhi anak muda berpasangan. Diatas tanah seukuran kurang lebih 300 meter persegi ini, hanya ditanami pohon-pohon besar penghasil oksigen dan sedikit tanaman hias kampung yang diselingi rumput-rumput liar diantaranya. Aku ada disini karena menanti seseorang yang spesial bagiku dan sudah sepakat akan menemuiku disini 20 menit yang lalu seharusnya. Tapi sampai saat ini belum juga datang. Aku masih berpikir mungkin dia sedang diperjalanan menuju kesini. Orang-orang yang tadi banyak berlalu-lalang disini, sudah mulai berkurang. Ku lirik lagi jam di handphone ku menunjukkan 17.00 rupanya aku disini udah 1 jam, begitu cepat waktu bergulir bahkan ketika dia tak ada disini.

Rintik gerimis mulai terasa menyentuh kulitku, lampu-lampu pun sudah mulai berpijar diantara remang senja. Hatiku risau, mungkinkah dia mengulang lagi kesalahannya? Segera ku tekan layar handphone ku..

"Hallo.. kamu dimana?" terdengar riuh tawa perempuan dan laki-laki diiringi suara musik berisik ketika panggilan ku diangkat.

"Aku lagi sama teman-temanku" jawab perempuan yang kutunggu-tunggu. Tak ada rasa bersalah yang bisa kutangkap dari nada ucapannya.

Langsung ku putus panggilan telepon itu. Tak perlu lagi banyak tanya, tak perlu lagi banyak bicara. Karena aku sudah tahu apa maksudnya ini. Dia melakukannya lagi! Mungkin aku terlalu berharap lebih dari nya, dan ternyata harapan ku itu hanya sebuah kesia-siaan. Dia tak berubah atau mungkin memang tak bisa berubah. Melupakan janji mungkin sudah menjadi bagian hidupnya, atau apakah mungkin memang aku yang tak berharga baginya? Sebuah tanya yang hanya akan membuat perut mual.

Kutinggalkan taman ini diiringi ribuan tetes hujan yang sudah semakin membesar. Kata 'Kesal' mungkin tak akan cukup menggambarkan perasaanku, kata 'Benci' juga sudah tak pantas lagi. Hanya 'Menyerah' kata yang paling tepat untuk menggambarkan apa yang seharusnya ku lakukan sejak dulu.

=============================================

Aku tersentak dari lamunanku sendiri saat handphoneku bergetar tanda ada pesan yang masuk, segeraku baca:

Hai, apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu


Ternyata dari dia. Dia datang lagi dalam hidupku, setelah sekian lama tanpa saling bertukar kabar. Tapi aku tak ingin menjadi hujan; menjatuhkan air, lalu menguap ke angkasa kemudian jatuh lagi kebumi.